beberapa waktu lalu, inbox di emailku penuh dengan invitation dari facebook.com. dapetnya dari teman-teman sekampus, trus teman pas SMK dulu, dan banyak kenalan dari kampus lain. semuanya ngajak untuk joinan Facebook (FB). dan aku masih ingat beberapa tahun yang lalu demam yang sama melanda anak muda di Indonesia ini, kita tahu bahwa Friendster(FS) sudah nangkring di ‘top priority’ aktivitas anak muda, yang kemudian datang plurk.com, dan beberapa situs jejaring lainnya.
nah, karena banyaknya email yang masuk dan notabene tiap hari sibuk nge-delete invitation akhirnya kucoba untuk mendaftarkan diri di Facebook.com. mungkin hanya sebatas iseng. setelah beberapa menit (sekitar 10 menitan -karena koneksi di kampus lagi bagus… hehehe) akhirnya aku punya akun di facebook.com. dan ta coba edit sana-edit sini, tapi masih bingung. mungkin baru pertama kali lihat, jadi ga apal letak dan fungsi menu-menunya.
aku berpikir bahwa, ada beberapa perubahan paradigma yang terjadi di masyarakat dewasa ini mengenai teknologi komunikasi. sebut saja software sosial. menurut bangsanegara.web.id:
Social software merupakan suatu cakupan dari sistem software yang memungkinkan pengguna dapat berinteraksi dan berbagi data dengan pengguna yang lain dalam skala yang besar. Karakteristik dari sebuah social software adalah memiliki open APIs, desain arsitektur yang berbasiskan service-oriented (SOA), dan kemampuan untuk upload data maupun media. Dari karakteristik yang telah disebutkan, social software termasuk Web 2.0 dan Enterprise 2.0 dimana cakupannya adalah untuk aplikasi bisnis skala besar.
adapun perubahan persepsi yang saya kutip dari alamat di atas adalah tentang software sosial tersebut, yaitu:
1. untuk kebutuhan, software konvensional lebih ditekankan kepada perusahaan yang membutuhkan, sedangkan software sosial dapat diinisialisasi oleh konsumen(pemakai),
2. kedua yaitu fokus. pada software konvensional titik fokus ditujukan kepada sisi internal perusahaan, sedangkan software sosial bisa dikatakan menekankan pada sisi sosial atau eksternal,
3. ketiga, tujuan. maksud dari dibuatnya software konvensional adalah untuk mendapatkan keuntungan dan efesiensi serta produktifitas, sedangkan pada software sosial lebih diutamakan sisi emosional.
dari penjelasan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa mereka yang menyediakan situs sosial berpikir untuk memberikan yang terbaik bagi pengguna (konsumen). lalu apa keuntungan mereka dengan menyediakan fasilitas gratis kepada kita? bukankah semua itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit? server, hosting, maintenance, gaji, dll.
jawabannya ada di Iklan.
kita tahu bahwa iklan yang tampil di situs2 tersebut sangat banyak dan bermacam-macam. dan siapapun akan berani membayar mahal karena tahu bahwa situs tersebut akan dikunjungi oleh jutaan orang dalam sehari. bahkan orang mulai berpikir untuk menerjuni bisnis iklan di internet lebih dari dunia iklan di dunia komunikasi lainnya.
semuanya mempunyai dampak
bukan tidak mungkin bahwa sesuatu yang bertujuan baik pada awalnya mempunyai sisi keburukan pada akhirnya. seperti yang kita bahas saat ini bahwa situs jejaring sosial merebak di mana-mana, bahkan setiap saat kita selalu membicarakannya. tidak percaya?
coba dengarkan anak2 muda yang ngobrol, sudah tentu mereka ngomong ‘kamu udah punya facebook ta?’…
dengan perkembangan teknologi, kita merasa bahwa komunikasi tidak ada batasan waktu dan ruang. sebut saja telepon, dengan terbatas audio dan biaya yang agak sedikit mahal. sekarang muncul lagi teknologi realtime, dimana kita dapat melihat teman kita yang jauh (luar negeri) secara live seperti kita bercakap-cakap dengannya di depan kita.
kembali ke topik situs jejaring sosial bahwa dampak yang ditimbulkan olehnya memiliki rentetan fakta yang ada. mulai dari solusi yang diberikan sampai dengan masalah yang tidak ada akhirnya.
apapun itu, situs jejaring sosial seperti facebook, friendster, plurk, hi5, dll dapat membuat kita berkomunikasi secara terbuka, dan tidak terbatas apapun itu. dengan menggunakan teknologi internet, kita sudah dapat berkomunikasi dengan teman kita, atau kenalan baru. simple bukan
justru simple itulah yang membuat kita harus berhati-hati. karena kesederhanaan tersebut, terjadi banyak masalah. misalnya pencurian ID (idenditas) seseorang di internet oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan digunakan untuk keperluan yang tidak smestinya. kriminal mungkin
kedua, kecanduan. percaya atau tidak saya pernah mendengar opini teman bahwa sehari tanpa FS, atau FB seperti hilang dari peradaban selama beberapa tahun… (lebay tu anak…). kemana-mana kita akan selalu memikirkan ‘FB ku ada komen dari siapa ya?’… dan macem-macem.
ketiga, anti sosial. bahwa kita dapat menjadi anti-sosial apabila memaknai semua itu secara berlebihan. dapat kita bayangkan apabila kita duduk berjam-jam hanya untuk mengomentari teman kita lewat layar komputer dibandingkan dengan bertemu langsung dan duduk bersama? lama-lama fungsi sosial dapat tergantikan oleh digitalisasi. titik fokus kita sudah teralihkan pada hal-hal yang semestinya bersifat minor (untuk kadar tertentu).
bahkan aku sempet browsing dan menemukan fakta-fakta lucu di sana:
* seorang anak mudamenyekap pacarnya di rumah ortu si cowok gara2 pada hari valentine si cewek dapet ucapan selamat dari temen2 cowoknya di FB
* ato, si suami tega membunuh istrinya gara2 si istri menampilkan status ’single’ pada halamab FB-nya
* atau saya dapet cerita dari Naski, ada temennya yang putus gara-gara di FS si cewek banyak testi dari cowok-cowok lain.
Sumber : http://lumansupra.wordpress.com/2009/03/24/dampak-situs-jejaring-sosial/
Jumat, 08 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar